8.9.08

Panggilan Yang Tak Dijangka

Tika aku sedang merehatkan nadi-nadiku
selepas baru memecahkan ibadahNya
tika aku baru bangun semasa sedangnya
deringan bunyi bimbitku tertanya-tanya
siapakah ia?

Tersenyum aku melihat nama dipaparnya
menggunakan bapanya empunya bunyi bimbit
takku jangka engkau yang memanggil-manggil
hati ini bersorak melonjak-lonjak.

Lalu jariku menekankan hijau butang itu,
menjawabkan "Hello" dengan nada yang aku sendiri tak terlintas mau
sememangnya kau akan bertanya seperti keadaannya biasa.

Sesungguhnya aku bertuah kerna jadinya kau teman rapatku
laginya aku merasakan yang kau sentiasa disisi ini
selalu aku mendengar kau dalam hati
walau melintas laut maupun dunia.

Ya aku berani mengaku
sememangnya aku teramat membeku rindu ini
bila lagi mau kita berbual-bual
berjalan-jalan
seperti biasa.

Ingat lagi ketika di menengah
orang menggelarkan kita ini bermacam-macam
ada kata kita satu pasanganlah
berkasih
bermesra
tapi itu sememangnya cara kita
cuma sahabat rapat yang berlainannya
sampai sekarang bukan?

Aku sayang kau
jika engkau mau tahu
hampir menjelang 6 tahun rantaian sahabat kita
aku mau ianya terikat sampai kiamat
ini berani yang mau aku katakan, kawan.

Kawan,
walaupun angin melalui dahan-dahan
apapun tak akan memutuskannya
kerna sesungguhnya
panggilan itu tadi
yang selama 11 minit 45 saat itu
yang orang pandang
kata
kononnya sebentar saja,
akan aku ingat sampai bila-bila
kerna ianya
satu panggilan yang aku sendiri tak menjangka.

No comments: